Palu – Tindak lanjuti hasil riset penggunaan _black plastic_ untuk pengendalian keong inang perantara _schistosomiasis_, Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Provinsi Sulawesi Tengah gelar _focus group discussion_ (FGD) bersama lintas sektor terkait. Bertempat di ruang inovasi. Kamis (6/02/2025).
Tujuan utama diadakannya FGD ini adalah bagaimana pemanfaatan hasil riset yang telah dilakukan oleh Brida Provinsi Sulawesi Tengah yang berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dapat ditindak lanjuti dengan kegiatan-kegiatan yang lebih efektif dalam penanganan schistosomiasis.
Dalam arahan Kepala Brida Provinsi Sulawesi Tengah, Faridah Lamarauna, meminta kepada perangkat daerah terkait nantinya dapat berkoordinasi kepada Brida dalam melakukan intervensi, agar disesuikan dengan hasil riset yang telah dilakukan.
Faridah Lamarauna juga menekankan, dalam menyelesaikan kasus schistosomiasis yang ada di Sulawesi Tengah, harus adanya integrasi antar perangkat daerah yang bersinergi dalam menuntaskan schistosomiasis.
“Integrasi yang kita butuhkan dalam rangka penyelesaian schistosomiasis ini” ujar Faridah Lamarauna.
Dalam penjelasan periset BRIN, Junus Widjaja, menyampaikan bahwa penanganan schistosomiasis bukan hanya urusan kesehatan semata, namun juga urusan seluruh lintas sektor terkait.
Junus menyebutkan, penelitian yang dilakukan berdasarkan rekomendasi WHO untuk memusnahkan keong perantara schistosomiasis. Ditahun 2023, penelitian ini dijalankan dengan menggunakan 2 metode yaitu penggunaan plastik hitam dalam pengendalian schistosomiasis, dan metode ke 2 yaitu mengkombinasikan penggunaan plastik hitam dan penyemprotan moluskisida.
“Dari 2 metode yang dilakukan tersebut, ternyata metode yang cocok dilakukan di Daerah Napu itu penggunaan black plastic dan penyemprotan moluskisida” ungkap Junus.
Schistosomiasis sendiri merupakan salah satu penyakit terabaikan yang masih menjadi masalah di Indonesia. Indonesia, schistosomiasis hanya terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah, tepatnya di Kabupaten Poso, Daerah Bada dan Napu, serta di Kabupaten Sigi, di Daerah Lindu.
Pada penyemprotan moluskisida dalam penanganan schistosomiasis, memiliki kelebih seperti jangkauan penanganan yang lebih luas, mudah dilakukan, dan mudah untuk mendapatkan moluskisida tersebut.
Namun demikian, terdapat kekurangan dari penggunaan moluskisida pada penanganan schistosomiasis yakni kematian pada biota lain seperi ikan, pencemaran pada lingkungan, serta mahalnya harga moluskisida.
Dalam penggunaan plastik hitam sendiri, moluskisida yang disemprotkan kehabitat keong tidak mengalami pengenceran atau penguapan, sehingga keong tersebut dapat berkontak langsung dengan moluskisida yang disemprotkan. Dari proses tersebutlah dapat menghambat reproduksi dan perkembangan keong.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu penyemprotan moluskisida dan pemasangan plastik hitam efektif membunuh keong perantara schistosomiasis sebesar 80-100 persen.
Selanjutnya, FGD tersebut dilanjutkan dengan diskusi guna menentukan tindak lanjut yang akan dilakukan, seperti jobdesk untuk setiap lintas sector terkait dalam rangka penanganan schistosomiasis.
Turut hadir : Dinas Cikasda Prov. Sulteng, Perwakilan Dinas Kesehatan Prov. Sulteng, Dinas Perkebunan dan Peternakan Sulteng, Dinas TPH Sulteng, dan Dinas PMD Sulteng.
Sumber : PPID Brida Prov. Sulteng.