Berlangsung Virtual, Pemprov. Sulteng Ikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2022.

Facebook
Twitter
LinkedIn

Palu, Sulawesi Tengah. Gubernur diwakili Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Ir. Moh Faizal Mang, MM, didampingi Dedy Frits mewakili Kajati, Kasiren Rem 132 Kedin Abi K mewakili Danrem 132 Tadulako dan Andik Ujariyana mewakili Kapolda mengikuti Rapat Koordinasi Mingguan Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2022 berlangsung secara Virtual. Bertempat, diruang Polibu Kantor Gubernur. Senin, (7/11/2022)

Pada kesempatan itu, Mendagri Muhammad Tito Karnavian mengatakan, Inflasi ini menjadi persoalan global yang berdampak pada kemanusiaan, banyak negara-negara di Eropa, Asia, Asia Tenggara dan Negara G20
telah mengalami peningkatan inflasi seperti ; di Eropa ; Turkey, 83,51% dan Muldova 33,97 %, Asia ; Lebanon 162 %, Syiria 139%, Sri Langka 66%, Iran 52,2 %, Asia Tenggara ; Laos 34 %, sedangkan di negara G20 ; Turkey 85,51% dan Argentina 83%.

Inflasi pada bulan Oktober 2022, dari angka 5,95 % tingkat nasional, Indonesia terjadi penurunan 5,71 % atau -0,11 % dan Indonesia menduduki posisi ketujuh negara ekonomi terbesar di dunia

“ini adalah prestasi yang luar biasa. Disamping usaha pemerintah pusat dan kontribusi pemerintah daerah yang bekerja bersama-sama yang membuat angka ini menurun.” Ucap Mendagri

Selanjutnya, Mendagri Tito Karnavian menjelaskan bahwa berdasarkan hasil Monev Tim Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), bahwa upaya yang dilakukan dan dilaporkan Pemda pada Minggu ke- 1 November 2022 yaitu ; Pertama, melakukan pemantauan harga dan stok untuk memastikan kebutuhan tersedia yaitu ; yang semula 294, 307 menjadi 320 Pemda.

Kedua, Melaksanakan rapat teknis Tim Pengendali Inflasi Daerah yakni ; yang semula 202, 230 menjadi 234 Pemda.

Ketiga, menjaga pasokan bahan pokok dan barang penting, yang semula 123, 125 menjadi 136 Pemda

Keempat, melaksanakan gerakan Pencanangan Gerakan Menanam, yang semula 67, 73 menjadi 92 Pemda.

Kelima, melaksanakan operasi pasar murah bersama dinas terkait, yang semula 219, 228 menjadi 246 Pemda.

Keenam, Melaksanakan sidak kepasar dan distributor agar tidak menahan barang, yang semula 189, 196 menjadi 205 Pemda.

Ketujuh, berkoordinasi dengan daerah penghasil komoditi untuk kelancaran pasokan, yang semula 165, 105 menjadi 95 Pemda.

Kedelapan, merealisasikan BTT untuk dukungan Pengendalian Inflasi, yang semula 90 tetap diangka yang sama yakni ; 90 Pemda.

Kesembilan, memberikan bantuan transportasi dari APBD, yang semula 44, 73 menjadi 62 Pemda.

Dengan demikian, Mendagri berharap agar seluruh kepala daerah beserta jajarannya untuk menjadikan inflasi menjadi isu utama saat ini dan harus betul-betul mengerti terkait inflasi yang membuat daya beli masyarakat menurun. Kemudian, memahami data dan mencari solusi serta terus aktif memonitoring tren kenaikan harga barang dan jasa.

Lebih lanjut, Direktur Statistik Harga BPS RI Windiarso Konco Aji mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Oktober 2022 ini, mengalami inflasi year on year sebesar 5,71 %, atau sedikit melemah bulan sebelumnya, dan yang memberikan Inflasi yang cukup besar adalah subsektor transportasi sebagai dampak lanjutan dari efek lanjutan kenaikan BBM di 3 September 2022.

Inflasi di bulan Oktober 2022 ini mengalami deflasi sebesar 0,11 %, yang di sumbang oleh makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,97%. Laju inflasi dapat ditahan dengan deflasi pada subsektor bahan makanan. 5,71 % merupakan salah satu indikator jangka menengah dan jangka panjang.

“Indikator ini merupakan kerjasama dan kolaborasi bersama antara Kemendagri, kemendag dan BPS untuk mendapatkan indeks perkembangan harga dari catatan 514 Kabupaten/Kota dan 34 Provinsi di seluruh Indonesia” Kata Windiarso selaku Direktur Statistik Harga BPS RI

Beberapa komoditas yang mengalami deflasi pada Oktober 2022 adalah komoditas bahan pangan yakni ; cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras dan cabai rawit.

“Sampai dengan minggu pertama November 2022, cabai merah menjadi komoditas penyumbang inflasi” Ujarnya

Sementara, untuk fluktuasi harga sangat tergantung pada supply yang dipasok dari sentral-sentral produksi daerah. Sehingga fluktuasi harga di Minggu pertama November 2022 paling besar terjadi pada komunitas cabe rawit dan cabe merah.

Ada 45 sampai dengan 65 Kabupaten/Kota mengalami fluktuasi harga relatif lebih fluktuatif dibandingkan dengan komoditas lainya khususnya tahu mentah cabe rawit dan cabe merah.

“Tahu mentah dan tempe merupakan komoditas yang fluktuasi harganya cukup signifikan selama Minggu pertama November 2022” Tambahnya

Turut hadir : Wakil Menteri Dalam Negeri, Sekjen Kemendagri, Deputi Bidang Kerawanan Pangan Bapanas, Jaksa Agung Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, Dirjen Perkebunan dan Pertanian Sekjen Kemendag, Direktur Statistik Harga BPS, Panglima TNI, Polri, Pejabat Pimpinan Tinggi Madya Kementerian dan Lembaga, Gubernur, Bupati/Walikota dan Unsur Forkopimda se-Indonesia.

Sumber : Humas DKIPS Provinsi Sulteng.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *